Judul : Karena Engkau Lebih Jelita dari Bidadari Surga
Penulis : Asa Mulchias
Penerbit : Pro-U Media - Yogyakarta
Tebal : 208Halaman ;14 x 20 cm
Cetakan : I ; 2013
ISBN : 978-602-7820-09-8
Menjadi wanita shalihah merupakan impian semua muslimah di muka bumi ini. Meski bukan hal yang mudah, banyak yang berlomba untuk mendapatkan predikat mulia ini. Apalagi, imbalan bagi muslimah shalihah ini, bukan hanya kebahagiaan di dunia, tetapi juga balasan abadi kelak di surga, insya Allah. Bahkan, dalam banyak riwayat disebutkan, bahwa kelak, wanita shalihah ini, lebih cantik, lebih jelita dari bidadari-bidadari surga.
Ganjaran lebih jelita dari bidadari surga ini bukan tanpa sebab. Melainkan imbalan setimpal atas ujian berat dan panjangnya masa perjuangannya. Apalagi, gelar shalihah ini tidak diberikan sekali, lalu hilang. Ia hanya bisa disematkan bagi siapa yang menjaga diri, hingga kelak maut menjemput. Dan, hanya Allah yang berhak memberikan gelar kehormatan itu.
Buku yang ditulis oleh Asa Mulchias ini, menyajikan kiat-kiat yang mesti ditempuh, jika shalihah adalah yang dicita. Dengan bahasa sastra khasnya, penulis asal Ibu Kota ini berhasil menyajikan perspektif lain dengan penekanan kalimat-kalimat superlatif di dalamnya.
Ketika menyeksamai buku ini sejak lembar pertama, saya seperti membaca kumpulan cerita, bukan buku non-fiksi yang kadang disajikan dengan berat sehingga pembaca harus mengerutkan dahi. Pemilihan diksi yang beragam pertanda bahwa penulisnya menguasai banyak kosa kata, menjadi daya pikat tersendiri bagi pembaca.
Di dalam buku ini, terdapat sembilan belas risalah bagi muslimah pendamba shalihah. Dimulai dari risalah tentang aqidah, ibadah, akhlak dan kemudian kadar intelektualitas yang harus dimiliki oleh seorang muslimah shalihah.
Kesembilan belas risalah tersebut, dibagi dalam beberapa bagian. Meliputi asal penciptaan dan perlakukan-perlakuan umat terdahulu terhadap kaum wanita, berlanjut ke tajuk Keping-keping Hatimu yang membincang tentang kekhasan wanita dalam penciptaan Allah, dan bagaimana seharusnya kaum hawa memperlakukan dirinya.
Berikutnya, pembaca akan digiring ke dalam perbincangan tentang iman yag menjadi tolok ukur keshalihan yang utama. Dalam tiga tajuk di bagian ini, kita akan diajak berpetualang dalam garis besar bahasan berjudul Simpuh-Sujud Maryam. Di sini, kita kembali ditekankan akan pentingnya makna tauhid. Bahwa shalihah atau tidaknya seorang muslimah, sangat erat kaitannya dengan aqidahnya kepada Allah.
Selain aqidah, shalihah juga bisa diperoleh dengan menyempurnakan ibadah sebagai manifestasi dari iman. Bahwa maksud utama diciptakannya seorang wanita, bukanlah untuk menjadi wanita karir, artis, atau predikat apapun terkait dunia ini. Tapi, untuk ibadah; menyembah Allah.
Selanjutnya, dua hal di atas hanya akan bisa tercapai dengan istiqomah dan keteguhan tekad. Layaknya taqwa yang menancap pada diri Asyiah istri Fir’aun hingga tak terkontaminasi kesyirikan suaminya itu.
Jika ketiga hal di atas bisa dilakukan dengan baik, maka output paling nyata adalah apa yang ada dalam diri Fathimah binti Rasulullah. Seorang individu yang dibina dari nol untuk kemudian menjadi jelita lantaran taatnya kepada Allah, RasulNya dan syari’atNya.
Belum selesai, karena muslimah shalihah harus menghadapi pernikahan sebagai wujud penyempurnaan sunnah. Dalam hal ini, penulis menyuguhkan apa yang dilakukan oleh Ummu Khadijah al-Kubro. Tanpa malu, beliau mengajukan dirinya kepada Rasulullah yang mulia melalui perantara. Penting untuk dicatat, mengajukan diri dalam hal ini adalah kemuliaan jika yang dituju adalah lelaki shalih yang baik akhlaknya. Dalam hal ini, wanita juga ditekankan untuk tidak terlalu silau dengan gemerlap duniawi, mewahnya rumah, mobil milyaran ataupun asesoris fana lainnya.
Sebagai muslimah, mementingkan agama dan akhlak lelaki calon suaminya adalah yang paling utama. Karena, jika ia shalih dan mencintai istrinya, maka dia akan membahagiakan. Pun, jika ternyata dia shalih tapi tak mencintai istrinya, maka lelaki itu tak akan mungkin menyakitinya.
Yang tak kalah pentingnya, aspek shalihah berikutnya adalah tentang kualitas intelektual. Sebagaimana ‘Aisyah binti Abu Bakar yang teramat cemerlang otaknya. Muslimah shalihah adalah mereka yang bisa menggunakan potensi akal sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan nabi; yang selalu belajar, dan tak mengenal putus asa. Mereka menyadari, bahwa menuntut ilmu adalah bagian dari penghambaan diri kepada Allah. Dan, satu diantara sekian banyaknya pintu menuju surga.
Tak ketinggalan, penulis mencantumkan risalah khusus tentang dakwah muslimah. Bahwa muslimah, meskipun dianjurkan untuk tidak terlalu banyak beraktivitas di luar rumah, tetap diwajibkan untuk membantu dakwah sebagaimana yang dilakukan oleh generasi pertama umat ini.
Dengan kemasan sampul yang eye catching, buku yang banyak mengajak pembaca untuk berpikir menggunakan kalimat tanya di sepanjang sajiannya ini, sangat cocok untuk muslimah pendamba shalihah. Baik itu anak, ibu, ataupun para lelaki yang mendambakan istri dan putri-putrinya menjadi shalihah.
Satu yang menjadi catatan. Bahwa kelemahan seringkali terletak pula dalam kelebihan sesuatu. Seperti halnya buku ini, pemilihan diksi dan keberanian memainkan tanda baca dalam penyajiannya -dalam beberapa bagian- hal itu justru bisa membuat pembaca bingung dan dihinggapi kebosanan. Apalagi, bagi mereka yang jarang menyeksamai huruf, kata atau kalimat. Tentu, setitik noktah itu, tak layak mengotori papan tulis yang dihiasi warna putih nan bercahaya. []
Penulis : Pirman
Redaksi Bersamadakwah.com
Tertarik dengan buku Agar Engkau Lebih Jelita dari Bidadari Surga ini?
silahkan hubungi Toko Buku Bahagia
silahkan hubungi Toko Buku Bahagia
Posting Komentar