Terjemahan : Bersama Allah
Penulis : Dr. Salman al-Audah
Penerjemah : Umar Mujtahid Lc, Abu Hudzaifah
Penerbit : Mutiara Publishing – Jakarta
Tebal : viii + 488 hal ; 15,5 x 23,5 cm
ISBN : 978-602-9475-41-8
Cetakan : I ; Februari 2014
Allah adalah sumber segala kebaikan. Dialah Yang Maha Mencipta. Kemudian merawat, menumbuhkan dan mengurus semua makhluk-Nya. Dialah Sang Pengasih. Maha Penyayang kepada semua makhluk-Nya. Bukan hanya kepada mereka yang beriman. Orang kafir dan munafik sekalipun, diberikan banyak kenikmatan dari Allah. Allah adalah Tuhan seluruh alam.
Allah dekat, meski kita sering merasa jauh. Allah Mahaadil, meski diri sering merasa didholimi. Allah Maha Mengetahui, meski sering kita tuduh dengan aneka buruk sangka. Jika Allah seburuk yang kita kira, mungkin saja kita tak lagi diberi kesempatan untuk melanjutkan hidup yang sementara ini.
Sehingga, penting bagi diri untuk mengetahui. Siapakah sebenarnya Allah? Mengapa nama Agung-Nya dipuja-puji di seluruh penjuru bumi? Diagung-gaungkan setiap waktu? Disebut-sebut sekerap mungkin? Bahkan, ketika manusia terjepit dan merasa tak lagi ada yang bisa menolongnya –meski sekafir apapun dia-, Allah-lah yang pertama kali disebutnya.
Allah bisa diketahui dari banyak sumber. Baik tersurat maupun tersirat. Bukankah semua yang ada dalam diri kita, ada keagungan Allah di dalamnya? Bukankah dari alam sekitar kita bisa menjumpai banyak sekali kekuasaan Allah yang terbentang di dalamnya? Bukankah semua yang kita alami atas kehendak dan kuasa-Nya? Apakah ada yang luput dari kitab-Nya? Bahkan Dia mencatat semua yang kita kerja-amalkan, sekecil-sesembunyi apapun.
Selepasnya, setelah tahu, maka kita mesti faham, mengerti dan kemudian meyakini. Bahwa Dia adalah Tuhan yang Maha Segala. Dia bisa memberikan atau mencabut apapun sekehendak-Nya. Dia juga tak mungin zhalim. Dia Mahaadil.
Allah adalah pesona tiada tara. Memuji-Nya, tak menambah mulia-Nya. Caci-maki dan aneka tuduhan negatif kepada-Nya, tak kan mungkin mengurangi keterpujian-Nya. Dia tak membutuhkan kita, makhluk-Nya. Tapi kitalah yang sangat berhajat kepada-Nya.
Allah memiliki banyak nama. Seratus kurang satu. Sesiapa yang menghafalnya dengan baik, menzikirkan, memuja-muji dan membawanya dalam seluruh jenak kehidupan, baginya surga yang luas tiada tara.
Waktu yang paling indah nan baik adalah waktu yang dihabiskan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dalam wujud zikir, bermunajat, bersyukur, beribadah, melakukan amal duniawi untuk merasakan kedekatan dengan Allah, memberikan manfaat kepada saudara sesama muslim atau berkhidmat untuk umat. (h. 30)
Buku yang ada di tangan pembaca ini, mengajak untuk lebih dekat dan menenal Allah lebih mendalam. Dengan bahasa sastra yang tulus, Syeikh Salman al-Audah mengajak kita pada petualangan ruhiyah yang tentram-menyejukkan. Dilengkapi dengan ayat-ayat al-Qur’an dan sunnah Nabi juga cerita para pendahulu umat ini, membuat buku ini semakin sayang untuk dilewatkan. Hujjah yang kuat, bukti yang nyata dan kiat yang aplikatif.
Di dalamnya dibahas tentang 99 nama Allah dengan sajian mengalir dan tak menggurui. Kita seakan diajak untuk menyelami perenungan sang penulis yang sudah malang melintang dalam dunia dakwah di berbagai bidang dan lintas negara.
Tujuannya, sebagaimana penuls sebutkan, “Buah yang paling baik dari nama-nama Allah adalah kejernihan, ketenangan, keselarasan, menahan diri dari berselisih dengan orang lain, serta tawadhu’ kepada Allah, hingga sampai kepada keluasan akal dan pemahaman.” (h. 45)
Harapannya, dengan menyeksamai buku ini, cinta kepada Allah semakin bertambah membuncah. Karena, ketika Allah sudah mencintai kita, maka Dia akan menyampaikan kabar cinta-Nya kepada Jibril as dan kemudian dikabarkan kepada penduduk langit dan seluruh penduduk bumi. (h. 67)
Apakah ada yang lebih berharga di dunia ini selain dicintai Allah? Subhanallahi wal Hamdulillahi wa Laa Ilaha Illallhu wallahu Akbar. []
Penulis : Pirman
Redaktur Bersamadakwah.com
Posting Komentar