Kedutaan-kedutaan Israel di seluruh dunia tutup, Ahad (23/3). Akibatnya, aktifitas diplomasi Negara Zionis itu pun lumpuh.
Penutupan serentak itu terjadi karena para diplomat Zionis melancarkan aksi mogok massal. Mereka menuntut kenaikan gaji dan kompensasi.
“Kami secara penuh menutup kantor (kementerian luar negeri) dan misi-misi di luar. Ini yang pertama kalinya terjadi,” kata jurubicara kementerian luar negeri Yigal Palmor. Tercatat, 102 kantor diplomatik yang tersebar di berbagai negara dan di Perserikatan Bangsa-Bangsa lumpuh.
Seorang pejabat kementerian lainnya mengatakan kepada Reuters, “Sejak saat ini, kementerian luar negeri tidak ada. Bahkan untuk mengajukan komplain pun tidak dimungkinkan.”
Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman menyebut aksi mogok tersebut sebagai tindakan “tidak bertanggung jawab” dan menunjukkan hilangnya kontrol serikat pegawai diplomatik atas anggotanya.
“Kita harus melakukan apa saja yang memungkinkan untuk memperkecil kerusakan yang ditimbulkan terhadap negara dan warga negaranya,” kata Lieberman.
Para diplomat mengatakan, aksi mogok diikuti oleh sekitar 1.200 pengawai misi diplomatik Israel. Mogok massal, yang belum pernah terjadi sejak pendirian negara Yahudi Israel tahun 1948 itu, dilakukan setelah pembicaran dengan kementerian keuangan mengenai tuntutan para diplomat itu gagal.
Para staf diplomatik Zionis tersebut menuntut kenaikan gaji yang mereka tetapkan antara 6.000-9.000 shekel atau sekitar US$1.700-US$2.600 perbulan. Mereka juga menuntut kompensasi bagi pasangan mereka yang terpaksa melepaskan pekerjaannya karena tuntutan tugas di luar negeri.
Menurut para diplomat itu, jumlah mereka berkurang dalam 15 tahun terakhir karena gaji yang diterima tidak layak, sehingga banyak diplomat yang mengundurkan diri.
Yacov Livne jurubicara serikat pekerja staf diplomatik menuding, “Kementerian keuangan bertekad untuk menghancurkan kementerian luar negeri dan diplomasi Israel.” [Hidayatullah/Bersamadakwah]
Posting Komentar