Sudah banyak kisah tentang orang yang bertambah kaya setelah menikah. Hal ini terjadi karena janji Allah tak pernah meleset. Banyak diantara mereka yang modal nikah karena niat tulus saja. Kemdian semangatnya untuk menggapai kehidupan yang lebih baik mengemuka. Hingga semua usaha halal dilakukan dan menemukan momentumnya.
Tanyakan saja kepada kedua orang tua kita. Sebelum menikah, aset dan kekayaan apa saja yang mereka miliki? Lalu amati, seiring berjalannya waktu, Allah semakin menambahkan karunianya, tanpa batas.
Malam itu, saya membeli bubur ayam di kawasan dekat rumah. Sudah menjadi kebiasaan, untuk menjalin silaturahim dan kedekatan dengan penjual, saya sering bertanya beberapa tentang nilai-nilai kehidupan guna dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan bermaksud mengetahui privasi seseorang, namun ini adalah upaya untuk berbagi hikmah kehidupan yang dikatakan oleh Rasul. Bahwa hikmah adalah milik orang beriman. Dimanapun didapatinya, maka ambil dan manfaatkanlah.
Tukang Bubur Ayam itu, usianya sekitar 25 tahun. Sudah menikah dan baru memiliki satu anak. tentang pernikahannya, dia bertutur, “Saya menikah umur 19 tahun, Mas. Istri saya ketika itu berumur sekitar 16-an tahun.” Ternyata Tukang Bubur ini pelaku nikah muda juga.
Hingga berlanjutlah tuturnya, “Saya melamar calon istri hanya modal niat dan berani. Takut dosa zina.” Alhamdulillah, di tengah hegemoni pacaran dan zina, banyak juga orang yang berkeinginan kuat untuk menjaga dirinya dari dosa.
“Alhamdulillah, calon mertua tidak banyak syarat dan akhirnya kami melangsungkan pernikahan yang sederhana.” Allah memang tak pernah ingkar janji, siapa sungguh-sungguh pastilah akan diberi jalan.
Lanjut lelaki asal Cirebon ini, “Selepas menikah, saya mengajak istri merantau. Ke banyak tempat. Saya memang menyukai berdagang, Mas. Karena bebas.” Alasan yang tepat, pikir saya kala itu. “Jadi mau mulai jam berapa saja, pulang semalam apa saja, semua terserah. Gak disuruh-suruh, dimarah-marahi dan diatur-atur orang lain.” Tepat, ternyata logika kemerdekaannya bagus.
“Alhamdulillah, gerobak bubur ini milik sendiri. Bubur juga modal sendiri. Saya dan istri yang mempersiapkannya setiap hari.” Lanjut pemuda ini semakin bersemangat.
Tentang pernikahannya, dia melanjutkan, “Alhamdulillah, Mas. Setelah menikah, kami tidak pernah kelaparan.” Allahu Akbar. Padahal, Tukang Bubur ini tidak tamat sekolah formal. Tapi logika dan percayanya kepada Allah boleh dibilang baik.
Dia mengaku tidak pernah kelaparan selepas menikah. Sementara, di luar sana, banyak sekali yang ragu untuk melangkah menikah hanya karena belum memiliki pekerjaan yang tetap. Kemudian cerita itu didramatisir dengan sebuah anggapan konyol bahwa menikah harus kaya dulu, sukses dulu, punya rumah dulu, punya mobil dulu, punya tabungan sekian puluh juta dulu, dan sebagainya.
Alhasil, menikah yang dimudahkan oleh Allah dan Rasul-Nya justru dibuat susah. Sebaliknya, zina yang berdosa, banyak keburukan di dalamnya, justru dimudahkan, dipromosikan, disuburkan dan diambil darinya keuntungan-keuntungan rupiah sebanyak mungkin.
Begitulah. Kisah tentang bertambahnya kekayaan seseorang selepas menikah, banyak kita dapati. Hanya agar bertambah banyak yang semakin bersemangat dalam menjalankan sunnah Rasul ini dan mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Tentu, niat menikah bukan karena menginginkan kekayaan. Tapi melakukan perintah Allah dan sunnah Rasul-Nya. Jika kita melakukan sesuatu karena Allah, maka yakinlah bahwa Dia akan memberikan yang terbaik untuk kita.
Jika dengan Allah saja masih ragu, memangnya mau percaya kepada siapa lagi? []
Penulis : Pirman
Redaktur Bersamadakwah.com
Posting Komentar