Warga Sumenep, Madura geger dengan ide unik yang dilakukan Kiai Haji Abdurrahman. Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Albajigur Dusun Neggara, Desa Tenonan, Kecamatan Manding itu membuat perahu di atas bukit. Warga dari berbagai daerah pun berdatangan untuk melihat perahu yang mengingatkan kisah Nabi Nuh tersebut.
Yang berbeda dengan kisah Nabi Nuh, Nabi Nuh membuat perahu di atas gunung karena akan datang banjir bah. Sedangkan perahu buatan Abdurrahman justru diturunkan dari bukit begitu selesai dibuat, Jum’at (21/3) kemarin. Proses memindahkan perahu dari atas bukit ke lautan itulah yang menyedot perhatian warga sekitar ponpes tersebut. Terlebih, tempat pembuatan perahu tersebut dengan pantai mencapai 20 Km.
Dikutip dari Radar Madura, Rahem, 35, warga setempat mengaku sempat tidak percaya pengasuh ponpes tersebut benar-benar berencana ingin membuat perahu di atas bukit. Namun, begitu tersiar kabar ada kiai yang akan membuat perahu di atas bukit, saat itu juga mulai ada kegiatan mengumpulkan bahan pembuatan perahu. Perahu tersebut kemudian dibuat di halaman masjid yang berada di atas bukit.
”Ya aneh saja, kan di sini jauh dari pesisir kok tiba-tiba membuat perahu berukuran besar. Kami berpikir sangat mustahil bisa dibawa ke laut. Ternyata hari ini (Jum’at, Red) sudah diturunkan untuk dibawa ke laut,” ungkap Rahem.
Pemilik perahu, Abdurrahman mengaku butuh waktu lima bulan untuk menyelesaikan perahu sepanjang 15 meter tersebut. Pekerjanya terdiri dari lima orang. Yaitu dari Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi dan sebagian didatangkan dari Jawa. Diperkirakan pembuatan perahu seberat dua kali truk itu menghabiskan biaya Rp 400 juta.
Abdurrahman mengakui banyak warga yang berdatangan mempertanyakan alasan pembuatan perahu itu. Namun, dirinya selalu menjawab tidak ada maksud apa-apa. Sehingga tidak mempunyai perencanaan lanjutan begitu perahu selesai dibuat. Dia bahkan mengaku bingung bagaimana cara perahu itu bisa dipindahkan ke laut. Baginya, yang penting melalui perahunya orang bisa mengingat lagi kisah Nabi Nuh.
”Saya juga tidak tahu akan dibawa bagaimana. Yang jelas, karena perahu tempatnya di laut kami pasrahkan kepada warga. Yang penting saya sudah berdoa dan selesai membuat perahu itu,” terangnya sambil tersenyum.
Kiai yang akrab disapa Kiai Bajigur ini menambahkan, ide membuat perahu muncul saat dirinya berangkat umrah pada 2013. Saat melakukan ibadah tawaf, Kiai Bajigur merasa lautan begitu dekat. Dia kemudian terbayang punya perahu, lengkap dengan alat tangkap ikan dan boks untuk menyimpan ikan. "Saya wujudkan angan itu sepulang umrah," katanya, Sabtu (22/3) seperti dikutip Yahoo.co.id.
Sementara, ratusan warga dari berbagai daerah ikut membantu menurunkan perahu dari atas bukit hingga jalan raya. Direncanakan perahu tersebut akan diderek untuk dibawa ke Pantai Slopeng, Kecamatan Dasuk. [AM/bersamadakwah]
Posting Komentar